Ribuan Warga Aceh Barat Dan Aceh Jaya Terpaksa Mengungsi Karena Banjir Meluas


MEULABOH - Banjir di Aceh Barat dan Aceh Jaya terus meluas dengan jumlah masyarakat yang terdampak di kedua kabupaten itu sudah melebihi 30.000 jiwa. Gelombang pengungsian tak terbendung. Seorang warga dilaporkan meninggal.
Di Aceh Barat, hingga Selasa kemarin banjir merendam 9 dari 12 kecamatan yaitu Johan Pahlawan (Meulaboh), Kaway XVI, Meureubo, Samatiga, Bubon, Woyla, Woyla Barat, Woyla Timur, dan Arongan Lambalek.
Lokasi pengungsian yang disiapkan antara lain di Gedung Diklat dan tenda dekat jembatan untuk menampung korban banjir dari Desa Pasi Mesjid, Kecamatan Meureubo. Juga ada lokasi pengungsian di Desa Blang Beurandang dan sejumlah titik lain. Menurut data sementara, jumlah pengungsi hingga tadi malam mencapai 6.000 jiwa lebih.

Selain permukiman, banjir juga merendam jalan provinsi Meulaboh-Geumpang di kawasan Blang Beurandang dan Marek menyebabkan terganggunya transportasi. Ruas jalan lain yang terendam yaitu Meulaboh-Kuala Bhee di kawasan Ateung Teupat.
Seorang warga bernama Cut Lidan (75), di kompleks perumahan bantuan di Desa Pasi Mesjid, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat meninggal dunia, Senin (17/10) malam. Jenazah korban dievakuasi dari lokasi perumahan yang terendam menggunakan speed boat.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Barat, T Syahluna Polem mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk droping bantuan termasuk evakuasi warga yang terkurung. “Warga yang berdekatan dengan aliran sungai diminta tetap waspada,” kata Syahluna.

Kadis Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Aceh Barat, Shah Triza Putra Utama mengatakan, pihaknya sudah menyalurkan bantuan masa panik untuk enam kecamatan. Namun berapa jumlah pasti pengungsi masih menunggu data dari masing-masing kecamatan. “Dinsos bersama BPBD serta dinas terkait lainnya sudah mulai membuka posko pengungsian,” katanya.
Dari Kabupaten Aceh Jaya dilaporkan, hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut sejak lima hari terakhir selain menyebabkan banjir semakin meluas juga terjadi tanah longsor di sejumlah titik pada Jalan Nasional Banda Aceh-Calang.

Hingga pukul 19.30 WIB tadi malam, salah satu titik Jalan Nasional Banda Aceh-Calang yang paling parah genangannya adalah di Gampong Baro, Kecamatan Teunom dengan ketinggian air di badan jalan mencapai 1 meter lebih.
Mobil yang hendak melewati lintasan tersebut harus didorong dalam kondisi mensin dimatikan, sedangkan sepeda motor menggunakan jasa becak dengan bayaran Rp 10.000/sepeda motor sedangkan jasa dorong mobil Rp 50 ribu/unit.
Sekda Aceh Jaya, Drs T Irfan TB kepada Serambi, Selasa (18/10) mengatakan, tujuh kecamatan berstatus darurat bencana disebabkan banjir luapan hingga menggenangi ribuan rumah.
Menurutnya, ada 40 desa dalam sembilan kecamatan yang terendam banjir yaitu Kecamatan Jaya, Teunom, Pasie Raya, Panga, Krueng Sabee, Setia Bakti, Darul Hikmah, Sampoiniet, dan Indra Jaya dengan ketinggian air antara 20 hingga 1 meter. Masyarakat yang terimbas bencana sebanyak 3.233 KK/11.036 jiwa.
“Kita telah menyalurkan bantuan masa panik untuk korban banjir di sejumlah kecamatan yang dimulai dari Kecamatan Teunom dan Pasie Raya karena kedua kecamatan tersebut paling parah,” jelas Irfan.

Proses belajar mengajar di beberpa sekolah terhenti total. Sekolah yang terendam antara lain SD dan SMP di Pasie Timon dan SD Padang Kleng di Kecamatan Teunom. Banjir di Aceh Jaya juga menyebabkan sebuah rumah milik Erniadi (40) di Desa Ranto Panyang, Kecamatan Krueng Sabee disapu banjir. “Korban beserta warga lainnya mengungsi ke TPA karena ketinggian air mencapai 1 meter,” kata Keuchik Ranto Panyang, Ali Munir.
Di Gampong Pasi Timon, Kecamatan Teunom korban banjir mulai diserang penyakit. Bahkan, seorang warga setempat bernama Rusnawati (24) harus dievakuasi ke RSUD Teuku Umar Calang dengan menggunakan sampan. “Mobil belum bisa lewat,” kata Camat Teunom, Abdul Azis.
Keuchik Gampong Baro, Teunom, Halim kepada Serambi, Selasa (18/10) mengatakan, banjir di kawasan Teunom disebabkan adanya bentangan batu gajah di muara Krueng Teunom yang sebelumnya dibuat untuk jalan saat pembangunan jetty. Akibat bentangan batu gajah itu, air sungai telah terbendung yang mengalir ke arah Alue Ambang dan meluap ke permukiman. “Kita minta batu gajah di muara Krueng Teunom segera dibongkar sehingga air bisa mengalir lancar ke laut,” kata Halim.

Kadis Pekerjaan Umum Aceh Jaya, Ir Nurman DS menanggapi hal tersebut dengan mengatakan telah meminta pihak provinsi untuk segera membongkar bentangan batu gajah di muara Krueng Teunom namun hingga banjir melanda permintaan itu belum ditanggapi.
Laporan yang diterima Serambi dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyebutkan, Kabupaten Aceh Jaya dan Aceh Barat sudah menetapkan status tanggap darurat bencana berdasarkan SK yang dikeluarkan oleh masing-masing kepala daerahnya.
Rekap data BPBA, sejak 14 hingga 17 Oktober 2016 telah terjadi banjir dan tanah longsor di Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Barat, dan Nagan Raya. Total kecamatan terdampak sebanyak 26 dengan 155 desa. Sedangkan masyarakat yang terdampak mencapai 11.110 KK/38.590 jiwa.
BPBA telah menurunkan tim ke lokasi bencana untuk mendampingi/membantu penanganan di ketiga kabupaten tersebut dengan memobilisasi peralatan 


Rujukan : Serambi
Previous
Next Post »